BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Pemerintah Republik Indonesia mulai sangat peduli akan arti
masa prasekolah (3-6 tahun) yang merupakan pengalaman awal yang akan memberikan
kualitas bangsa di masa yang akan datang.
Seperti diketahui, dalam masyarakat Indonesia telah
berkembang berbagai pelayanan pendidikan prasekolah baik yang diselenggarakan
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Kelompok Bermain dan Taman Kanak-Kanak),
Departemen Sosial (Tempat Penitipan Anak), Kantor Menteri Negara Urusan Peranan
Wanita dan Badan Koordinasi Keluarga Berencana (bina Keluarga Balita).
Sebagai perwujudan dari usaha-usaha pemerintah dalam bidang
sekolah, oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan telah dilakukan penyusunan
dan revisi kurikulum Taman Kanak-Kanak yang melibatkan ahli di bidang
pendidikan, psikolog, guru, pengelola, serta penyelenggara pendidikan formal
maupun dari luar sekolah khususnya yang berhubungan dengan prasekolah.
Perlunya keselarasan
pendidikan di lembaga PAUD dan dirumah. Orang tua yang mendidik anak dirumah,
dan pendidik melakukan tugasnya mendidik anak dilembaga pendidikan agar
proses pendidikan yang dilakukan di lembaga pendidikan sejalan dengan
pendidikan yang ada dirumah, maka perlu adanya kerjasama antara orang tua
dengan lembaga pendidikan. Oleh karena itu, mereka harus berada pada
satu rel agar dapat seiring sejalan dan seirama dalam memperlakukan anak
sehari-hari sesuai kesepakatan bersama. Serta dengan mengetahui tentang
pengaruh tidak terpenuhinya kebutuhan anak usia dini dan kekuatan yang dimiliki
guru dan orang tua dalam kolaborasi. Agar anak dapat mengembangkan potensinya
secara optimal yang dibantu atau di stimulus oleh guru dan orang tuanya.
B.
Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Pendidikan Pra
Sekolah ?
2. Apa Tujuan Pendidikan Pra Sekolah ?
3. Bagaimana Karakteristik Anak Usia
Dini ?
4. Bagaimana Kondisi yang Mempengaruhi
Anak Usia Dini ?
C.
Tujuan Masalah
1. Untuk Mengetahui Pengertian
Pendidikan Pra Sekolah.
2. Untuk Mengetahui Tujuan Pendidikan
Pra Sekolah.
3. Untuk Mengetahui Karakteristik Anak
Usia Dini.
4. Untuk Mengetahui Kondisi yang
Mempengaruhi Anak Usia Dini.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Pendidikan Pra Sekolah
Pendidikan prasekolah merupakan dasar bagi perkembangan
sikap, pengetahuan, keterampilan, daya cipta dan penyesuaiannya dengan
lingkungan sosialnya. Oleh karena itu, perlu diusahakan agar pendidikan ini
dapat dinikmati oleh segenap lapisan masyarakat. Bantuan dari semua pihak
sangat diperlukan, terutama dari media massa, seperti radio, televisi, surat
kabar, majalah, dan buku-buku bagi anak balita.
Pendidikan prasekolah adalah pendidikan untuk membantu
pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani anak didik di luar dilingkungan
keluarga sebelum memasuki pendidikan dasar, yang diselenggarakan di jalur pendidikan
sekolah atau di jalur pendidikan luar sekolah. Pendidikan prasekolah antara
lain meliputi pendidikan Taman Kanak-kanak, terdapat di jalur sekolah, dan
Kelompok Bermain, serta Penitipan Anak di jalur luar sekolah. Taman Kanak-kanak
diperuntukan anak usia 4 dan 6 tahun untuk satu atau dua tahun pendidikan,
sementara kelompok bermain atau penitipan anak diperuntukan anak paling sedikit
berusia 3 tahun.
Perkembangan kecerdasan pada masa ini mengalami peningkatan
dari 50% menjadi 80%. Selain itu, berdasarkan hasil penelitian/kajian yang
dilakukan oleh Pusat Kurikulum, Balitbang Diknas tahun 1999 menunjukkan bahwa
hampir pada seluruh aspek perkembangan anak yang masuk TK mempunyai kemampuan
lebih tinggi daripada anak yang tidak masuk TK di kelas I SD Usia 4-6 tahun,
merupakan masa peka bagi anak. Anak mulai sensitif untuk menerima berbagai
upaya perkembangan seluruh potensi anak.
Dalam undang-undang tentang sistem pendidikan nasional
dinyatakan bahwa pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang
ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan
melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan
perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki
pendidikan lebih lanjut (UU Nomor 20 Tahun 2003 Bab I Pasal 1 Ayat 14).
Pendidikan secara umum dapat dimengerti sebagai suatu usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak dan budi mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Anak usia dini adalah anak yang baru dilahirkan sampai usia
6 tahun. Usia ini merupakan usia yang sangat menentukan dalam pembentukan
karakter dan kepribadian anak (Yuliani Nurani Sujiono, 2009: 7). Usia dini
merupakan usia di mana anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang pesat.
Usia dini disebut sebagai usia emas (golden age). Makanan yang bergizi yang
seimbang serta stimulasi yang intensif sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan dan
perkembangan tersebut.
Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang
ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan
melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan
perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki
pendidikan lebih lanjut.
Salah satu alasan terbentuknya pendidikan anak usia dini
karena menurut Al-Ghazali, "Anak-anak merupakan amanah dan tanggung jawab
orang tuanya, jiwanya suci murni merupakan permata mahal yang bersahaja dan
bebas dari ukiran dan gambaran dan ia boleh menerima setiap ukiran dan
cenderung kepada apa yang dicenderungkan kepadanya".
Masa peka adalah masa terjadinya pematangan
fungsi-fungsi fisik dan psikis yang siap merespon stimulasi yang diberikan oleh
lingkungan. Masa ini merupakan masa untuk meletakkan dasar pertama dalam
mengembangkan kemampuan fisik, kognitif, bahasa, sosial emosional, konsep diri,
disiplin, kemandirian, seni, moral, dan nilai-nilai agama. Oleh sebab itu
dibutuhkan kondisi dan stimulasi yang sesuai dengan kebutuhan anak agar
pertumbuhan dan perkembangan anak tercapai secara optimal.
Upaya pengembangan tersebut harus dilakukan melalui kegiatan
bermain sambil belajar atau belajar seraya bermain, karena inilah yang menjadi
konsep dasar pendidikan prasekolah.. Dengan bermain, anak memiliki kesempatan
untuk bereksplorasi, menemukan, mengekspresikan perasaan, berkreasi, belajar
secara menyenangkan. Selain itu, bermain membantu anak mengenal dirinya
sendiri, orang lain dan lingkungan.
Frobel sendiri menghendaki adanya suasana yang sesuai dengan
kodrat hidupnya anak-anak. Menurutnya, para guru jangan memasuki alam
anak-anak, seperti ibunya sendiri. Pandanglah hidup anak-anak sebagai taman.
B.
Tujuan Pendidikan Pra Sekolah
Menurut pasal 3 PP No.27 tahun 1990 adalah untuk membantu
meletakkan dasar ke arah perkembangan sikap, pengetahuan, keterampilan dan daya
cipta yang diperlukan oleh anak didik dalam menyesuaikan diri dengan
lingkungannya dan untuk pertumbuhan dan perkembangan selanjutnya.
Sedangkan menurut Kurikulum Berbasis Kompetensi tahun 2004,
tujuan taman kanak-kanak sebagai sarana pendidikan adalah untuk membantu anak
didik mengembangkan berbagai potensi baik psikis dan fisik yang meliputi moral
dan nilai-nilai agama, sosial emosional, kognitif, bahasa, fisik/ motorik,
kemandirian dan seni untuk siap memasuki pendidikan dasar.
Dalam garis-garis besar program kegiatan belajar TK (Depdikbud
: 1995) disebutkan bahwa fungsi kegiatan belajar di taman kanak-kanak adalah
untuk mengembangkan seluruh kemampuan yang dimiliki anak sesuai dengan tahap
perkembangannya, mengenalkan anak dengan dunia sekitar, mengembangkan
sosialisasi anak, mengenalkan peraturan dan menanamkan disiplin pada anak, dan
memberikan kesempatan kepada anak untuk menikmati masa bermainnya.
Sedangkan fungsi pendidikan Taman Kanak-kanak dan Raudatul
Athfal menurut Kurikulum Berbasis Kompetensi tahun 2004 adalah mengenalkan peraturan
dan menanamkan disiplin pada anak, mengenalkan anak dengan dunia sekitar,
menumbuhkan sikap dan perilaku yang baik, mengembangkan kemampuan berkomunikasi
dan bersosialisasi, mengembangkan keterampilan, kreativitas dan kemampuan yang
dimiliki anak, dan menyiapkan anak untuk memasuki pendidikan dasar.
Pendidikan prasekolah mempunyai prinsip dalam segala kegiatannya, salah satunya adalah harus
menyenangkan dan menarik. Anak-anak pada sekitar umur 3 atau 4 tahun merupakan
massa permulan terbukanya jiwa anak-anak untuk menerima pengaruh dari luar
melalui panca inderanya secara luar biasa. Anak-anak sangat tertarik kepada
gambar-gambar teristimewa yang berwarna, lagu-lagu dan suara pada umumnya,
cerita-cerita tentang apapun juga. Massa ini dinamakan “gevoelige periode” oleh
Montessori.
Selain itu, pendidikan prasekolah harus senantiasa berfokus
kepada kepentingan anak. Aktivitas belajar adalah milik anak, berilah
kesempatan yang luas agar setiap anak terlibat secara aktif dalam kegiatan
tersebut. Kegiatan pembelajaran pada anak harus senantiasa berorientasi kepada
kebutuhan anak karena anak usia dini adalah anak yang sedang membutuhkan
upaya-upaya pendidikan untuk mencapai optimalisasi semua aspek erkembangan baik
perkembangan fisik maupun psikis (intelektual, bahasa, motorik, dan
sosioemosional).
Dengan demikian berbagai jenis kegiatan pembelajaran
hendaknya dilakukan melalui analisis kebutuhan yang disesuaikan dengan berbagai
aspek perkembangan dan kemampuan pada masing-masing anak. Prinsip lainnya
adalah fleksibel, memperhatikan adanya perbedaan individual, dan tidak
melupakan unsur bermain. Bermain merupakan pendekatan dalam melaksanakan
kegiatan pembelajaran pada anak usia TK dan RA.
Upaya-upaya pendidikan yang diberikan oleh pendidik
hendaknya dilakukan dalam situasi yang menyenangkan dengan menggunakan
strategi, metode, materi/bahan dan media yang menarik serta mudah diikuti oleh
anak. Melalui bermain anak diajak untuk bereksplorasi, menemukan dan
memanfaatkan objek-objek yang dekat dengan anak, sehingga pembelajaran menjadi
bermakna.
C.
Karakteristik Anak Usia Dini
Ada
banyak hal yang diperoleh dengan memahami karakteristik anak usia dini antara
lain :
a. Mengetahui hal-hal yang dibutuhkan
oleh anak yang bermanfaat bagi perkembangan hidupnya.
b. Mengetahui tugas-tugas perkembangan
anak sehingga dapat memberikan stimulasi kepada anak agar dapat melaksanakan
tugas perkembangan dengan baik.
c. Mengetahui bagaimana membimbing
proses belajar anak pada saat yang tepat sesuai dengan kebutuhannya.
d. Menaruh harapan dan tuntutan
terhadap anak secara realistis.
e. Mampu mengembangkan potensi anak
secara optimal sesuai dengan keadaan dan kemampuan.
Ada
berbagai kajian tentang hakikat anak usia dini, khususnya anak TK diantaranya
oleh Bredecam dan Copple, Brener, serta Kellough (dalam Masitoh dkk., 2005:
1.12 – 1.13) sebagai berikut.
1. Anak bersifat unik.
2. Anak mengekspresikan perilakunya
secara relatif spontan.
3. Anak bersifat aktif dan enerjik.
4. Anak itu egosentris.
5. Anak memiliki rasa ingin tahu yang
kuat dan antusias terhadap banyak hal.
6. Anak bersifat eksploratif dan
berjiwa petualang.
7. Anak umumnya kaya dengan fantasi.
8. Anak masih mudah frustrasi.
9. Anak masih kurang pertimbangan dalam
bertindak.
10. Anak memiliki daya perhatian yang
pendek.
11. Masa anak merupakan masa belajar
yang paling potensial.
12. Anak semakin menunjukkan minat
terhadap teman.
Anak usia dini (0 – 8 tahun) adalah individu yang sedang
mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat. Bahkan
dikatakan sebagai lompatan perkembangan karena itulah maka usia dini dikatakan
sebagai golden age (usia emas) yaitu usia yang sangat berharga dibanding
usia-usia selanjutnya. Usia tersebut merupakan fase kehidupan yang unik. Secara
lebih rinci akan diuraikan karakteristik anak usia dini sebagai berikut :
a. Usia 0 – 1 tahun
Pada masa bayi perkembangan fisik mengalami kecepatan luar
biasa, paling cepat dibanding usia selanjutnya. Berbagai kemampuan dan
ketrampilan dasar dipelajari anak pada usia ini. Beberapa karakteristik anak
usia bayi dapat dijelaskan antara lain :
1.
Mempelajari
ketrampilan motorik mulai dari berguling, merangkak, duduk, berdiri dan
berjalan.
2.
Mempelajari
ketrampilan menggunakan panca indera, seperti melihat atau mengamati, meraba,
mendengar, mencium dan mengecap dengan memasukkan setiap benda ke mulutnya.
3.
Mempelajari
komunikasi sosial. Bayi yang baru lahir telah siap melaksanakan kontrak sosial
dengan lingkungannya. Komunikasi responsif dari orang dewasa akan mendorong dan
memperluas respon verbal dan non verbal bayi.
Berbagai
kemampuan dan ketrampilan dasar tersebut merupakan modal penting bagi anak
untuk menjalani proses perkembangan selanjutnya.
b. Usia 2 – 3 tahun
Anak pada usia ini memiliki beberapa kesamaan karakteristik
dengan masa sebelumnya. Secara fisik anak masih mengalami pertumbuhan yang
pesat. Beberapa karakteristik khusus yang dilalui anak usia 2 – 3 tahun antara
lain :
1.
Anak
sangat aktif mengeksplorasi benda-benda yang ada di sekitarnya. Ia memiliki
kekuatan observasi yang tajam dan keinginan belajar yang luar biasa. Eksplorasi
yang dilakukan oleh anak terhadap benda-benda apa saja yang ditemui merupakan
proses belajar yang sangat efektif. Motivasi belajar anak pada usia tersebut
menempati grafik tertinggi dibanding sepanjang usianya bila tidak ada hambatan
dari lingkungan.
2.
Anak
mulai mengembangkan kemampuan berbahasa. Diawali dengan berceloteh, kemudian
satu dua kata dan kalimat yang belum jelas maknanya. Anak terus belajar dan
berkomunikasi, memahami pembicaraan orang lain dan belajar mengungkapkan isi
hati dan pikiran.
3.
Anak
mulai belajar mengembangkan emosi. Perkembangan emosi anak didasarkan pada
bagaimana lingkungan memperlakukan dia. Sebab emosi bukan ditemukan oleh bawaan
namun lebih banyak pada lingkungan.
c. Usia 4 – 6 tahun
Anak
usia 4 – 6 tahun memiliki karakteristik antara lain :
1.
Berkaitan
dengan perkembangan fisik, anak sangat aktif melakukan berbagai kegiatan. Hal
ini bermanfaat untuk mengembangkan otot-otot kecil maupun besar.
2.
Perkembangan
bahasa juga semakin baik. Anak sudah mampu memahami pembicaraan orang lain dan
mampu mengungkapkan pikirannya dalam batas-batas tertentu.
3.
Perkembangan
kognitif (daya pikir) sangat pesat, ditunjukkan dengan rasa ingin tahu anak
yang luar biasa terhadap lingkungan sekitar. Hl itu terlihat dari seringnya
anak menanyakan segala sesuatu yang dilihat.
4.
Bentuk
permainan anak masih bersifat individu, bukan permainan sosial. Walaupun
aktifitas bermain dilakukan anak secara bersama.
d. Usia 7 – 8 tahun
Karakteristik
perkembangan anak usia 7 – 8 tahun antara lain :
1.
Perkembangan
kognitif anak masih berada pada masa yang cepat. Dari segi kemampuan, secara
kognitif anak sudah mampu berpikir bagian per bagian. Artinya anak sudah mampu
berpikir analisis dan sintesis, deduktif dan induktif.
2.
Perkembangan
sosial anak mulai ingin melepaskan diri dari otoritas orangtuanya. Hal ini
ditunjukkan dengan kecenderungan anak untuk selalu bermain di luar rumah
bergaul dengan teman sebaya.
3.
Anak
mulai menyukai permainan sosial. Bentuk permainan yang melibatkan banyak orang
dengan saling berinteraksi.
4.
Perkembangan
emosi anak sudah mulai berbentuk dan tampak sebagai bagian dari kepribadian
anak. Walaupun pada usia ini masih pada taraf pembentukan, namun pengalaman
anak sebenarnya telah menampakkan hasil.
D.
Kondisi Yang Mempengaruhi Anak Usia
Dini
Banyak hal yang dapat mempengaruhi kondisi anak usia dini,
secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu :
a. Faktor bawaan
b. Faktor lingkungan
Pertama,
faktor bawaan adalah faktor yang diturunkan dari kedua orangtuanya, baik yang
bersifat fisik maupun psikis. Faktor bawaan lebih dominan dari pihak ayah
daripada ibu atau sebaliknya. Faktor ini tidak dapat direkayasa oleh orangtua
yang menurunkan. Dan hanya ditentukan oleh waktu satu detik, yaitu saat
bertemunya sel sperma dan ovum. Oleh karena itu, saat ovulasi merupakan saat
paling berharga untuk sepanjang hidup manusia, karena pada saat itulah
diturunkan sifat bawaan yang akan terbawa sepanjang usia manusia.
Kedua,
faktor lingkungan yaitu faktor yang berasal dari luar faktor bawaan, meliputi
seluruh lingkungan yang dilalui oleh anak. Lingkungan dapat dipisahkan menjadi
dua, yaitu lingkungan dalam kandungan dan lingkungan di luar kandungan. Lingkungan
dalam kandungan sangat penting bagi perkembangan anak. Karena perkembangan
janin dalam kandungan mengalami kecepatan luar biasa, lebih cepat 200.000 kali
dibanding perkembangan sesudah lahir. Oleh karena itu lingkungan yang positif
dalam kandungan akan berpengaruh positif bagi perkembangan janin, demikian juga
sebaliknya. Lingkungan di luar kandungan, juga besar pengaruhnya terhadap
perkembangan anak usia dini. Sebab anak menjadi bagaimana seorang anak sangat
dipengaruhi oleh bagaimana lingkungan memperlakukan dia. Lingkungan luar
kandungan dibedakan menjadi tiga hal yaitu :
a. Lingkungan keluarga, yaitu
lingkungan yang dialami anak dalam berinteraksi dengan anggota keluarga baik
interaksi secara langsung maupun tidak langsung. Lingkungan keluarga khususnya
dialami anak usia 0 – 3 tahun. Usia ini menjadi landasan bagi anak untuk
melalui proses selanjutnya.
b. Lingkungan masyarakat atau
lingkungan teman sebaya. Seiring bertambahnya usia, anak akan mencari teman
untuk berinteraksi dan bermain bersama. Kondisi teman sebaya turut menentukan
bagaimana anak jadinya.
c. Lingkungan sekolah. Pada umumnya
anak akan memasuki lingkungan sekolah pada usia 4 – 5 tahun atau bahkan yang 3
tahun. Lingkungan di sekolah besar pengaruhnya terhadap perkembangan anak.
Sekolah yang baik akan mampu berperan secara baik dengan memberi kesempatan dan
mendorong anak untuk mengaktualisasikan diri sesuai dengan kemampuan yang sesungguhnya.
Cara
belajar anak mengalami perkembangan seiring dengan bertambahnya usia. Secara
garis besar dapat diuraikan cara belajar anak usia dini mulai dari awal
perkembangan.
a. Usia 0 – 1 tahun
Anak belajar dengan mengendalikan kemampuan panca inderanya.
Yakni pendengaran, penglihatan, penciuman, peraba dan perasa. Secara bertahap
panca indera anak difungsikan lebih sempurna. Hingga usia satu tahun anak ingin
mempelajari apa saja yang dilihat dengan mengarahkan seluruh panca indera. Hal
itu nampak pada aktivitas anak memasukkan segala macam benda ke dalam mulut
sebagai bagian dari proses belajar.
b. Usia 2 – 3 tahun
Anak melakukan proses belajar dengan lebih sungguh-sungguh.
Ia memperhatikan apa saja yang ada di lingkungannya untuk kemudian ditiru. Jadi
cara belajar anak yang utama pada usia ini adalah meniru. Meniru segala hal
yang ia lihat dan ia dengar. Selain itu perkembangan bahasa anak pada usia
tersebut sudah mulai berkembang. Anak mengembangkan kemampuan berbahasa juga
dengan cara meniru.
c. Usia 4 – 6 tahun
Kemampuan bahasa anak semakin baik. Begitu anak mampu
berkomunikasi dengan baik maka akan segera diikuti proses belajar anak dengan
cara bertanya. Anak akan menanyakan apa saja yang ia saksikan. Pertanyaan yang
tiada putus. Saat demikian kognisi anak berkembang pesat dan keinginan anak
untuk belajar semakin tinggi. Anak belajar melalui bertanya dan berkomunikasi.
d. Usia 7 – 8 tahun
Perkembangan anak dari berbagai aspek sudah semakin baik.
Walau demikian proses perkembangan anak masih terus berlanjut. Anak melakukan
proses belajar dengan cara yang semakin kompleks. Ia menggunakan panca
inderanya untuk menangkap berbagai informasi dari luar. Anak mulai mampu
membaca dan berkomunikasi secara luas. Hal itu menjadi bagian dari proses
belajar anak.
BAB III
KESIMPULAN
·
Pendidikan
prasekolah adalah pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan
jasmani dan rohani anak didik di luar dilingkungan keluarga sebelum memasuki
pendidikan dasar, yang diselenggarakan di jalur pendidikan sekolah atau di
jalur pendidikan luar sekolah. Pendidikan prasekolah antara lain meliputi
pendidikan Taman Kanak-kanak, terdapat di jalur sekolah, dan Kelompok Bermain,
serta Penitipan Anak di jalur luar sekolah.
·
Pentingnya memahami anak usia dini
mempunyai 3 alasan yaitu usia dini merupakan usia yang paling penting dalam
tahap perkembangan manusia, pengalaman awal sangat penting, dan perkembangan
fisik dan mental mengalami kecepatan yang luar biasa.
·
Karakteristik perkembangan anak usia
dini secara lebih rinci akan diuraikan sebagai berikut : usia 0 – 1 tahun, usia
2 – 3 tahun, usia 4 – 6 tahun, usia 7 – 8 tahun.
·
Kondisi yang mempengaruhi anak usia
dini secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu faktor bawaan dan
faktor lingkungan.
·
Cara belajar anak usia dini mulai dari
usia 0 – 1 tahun, usia 2 – 3 tahun, usia 4 – 6 tahun dan usia 7 – 8 tahun.
Patmonodewo, Soemiarti. Pendidikan Anak Prasekolah. (
Jakarta : Rineka Cipta, 2003 ).